Sabtu, 31 Maret 2012

THE SHAPE OF YOU








Aku menghembuskan nafasku dengan pelan. Sepelan rindu yang mulai menghadirkan kenangan. Kenangan yang selalu menari dengan indahnya di pikiranku. Waktu tak mampu menghapus kenangan-kenangan tersebut meski setiap hari selalu ada kenangan baru. Cerita baru tak mampu untuk aku melupakanmu. Sungguh sulit aku melupakan sahabat sepertimu.
Aku mengamati potret-potret usang dari sebuah album tua. Entah mengapa, bulir-bulir bening selalu berhasil keluar dari sarangnya.  Tak pernah aku bosan membuka album yang terkadang berselimut debu ini. Di sana tersembunyi seribu cerita yang bernama sejarah persahabatan kita.

Aku, kamu dan Christian bagai awan dan langit, saling melengkapi. Tak terlupakan pertama kali kita bertemu. Di sini. Di Rumah Indonesia. Visi yang kita miliki menyatukan kita bertiga. Tiga anak muda nekad yang bermodalkan visi dan passion untuk membangun pendidikan di pedalaman.
“Kenapa kamu ingin gabung di @Rumah_Indonesia ?” tanyaku sebagai founder ketika mewawancaraimu sewaktu perekrutan volunteer.
“Saya orang Indonesia meski berdarah Tionghoa dan Thailand! Sebagai orang Indonesia, saya ingin melakukan sesuatu bagi Indonesia,” jawabmu dengan penuh kepercayaan diri.
“Ok! Saya tidak menemukan alasan untuk menolak kamu bergabung di @Rumah_Indonesia .”
Untuk pertama kalinya, aku melihat senyuman itu. Senyuman yang penuh semangat. Senyuman yang meluluhkan kelelahan setelah hampir sehariaan menunggu. Menunggu anak muda yang ingin mengabdi bagi pendidikan Indonesia. Setelah berjam-jam menunggu kamu orang pertama yang datang mendaftar untuk bergabung.
Tidak lama setelah kehadiranmu, @BumiDinasty muncul dan mendaftarkan diri. Selanjutnya hanya kita bertiga yang menjalankan @Rumah_Indonesia . Dengan segala keterbatasan kita menyusuri pedalaman Sulawesi Barat.

Aku manatap Bumi dan Christian yang tertidur terlelap dengan hanya beralaskan koran bekas dan tumpukan baju di gubuk tua yang hanya berukuran 5×1,5 meter. Masih terngiang pembicaraan antara aku dengan kalian berdua sebelum terlelap. Terlelap di malam yang gelap tanpa listrik di pedalaman Sulawesi Barat.
“Orang-orang di kota harusnya bersyukur kalau listrik padam,” ucapmu spontan sambil menikmati ubi rebus.
“Kenapa?” tanya Bumi dengan penuh keheranan.
“Dalam kegelapan mereka bisa belajar, hidup mereka penuh kemewahan. Bandingkan dengan di sini yang bertahun-tahun bahkan sejak mereka lahir tidak ada listrik di kampung mereka,” jawabmu dengan penuh semangat.
Aku hanya tersenyum. Lalu hening. Bisu. Diam.

“Kita sikat gigi pakai garam ya?”

Kamu menatapku dengan kebingungan.

“Odolnya habis. Di sini ngga ada yang jual. Harus turun gunung saat hari pasar kalau mau menikmati odol,” ujarku menjelaskan

“Ow.”

“Begini caranya…” ucapku lalu mengambil garam dengan telunjuk tanganku dan menggosokkannya ke gigiku.

“Asin!”

Bumi tertawa ketika mendengar ucapanmu. Aku ikut tersenyum meski hatiku perih.

“Yah iyalah masa manis,” kata Bumi ditengah tawanya.

“Dewantara! Badan Christian panas,” teriak Bumi bingung ketika tanpa sengaja menyentuh tubuh Christian. “Christian  sakit!”
Aku langsung menghampirimu. “Christian?” tanyaku dalam kepanikan.
Tidak ada jawaban yang keluar dari bibirmu yang merah. Dahimu berkerut dan bibirmu mendesah menahan sakit.
Sementara di luar gubuk, gerimis mulai turun.
Tubuh Christian kedinginan. Tidak ada jaket atau selimut. Aku dan Bumi berusaha menghangatkan tubuhmu dengan menempelkan beberapa baju ke seluruh tubuhmu.
“Kita ke dokter ya?” usulku, meski aku sendiri tidak yakin mendapat pertolongan tanpa uang yang cukup. Apa lagi ini di atas gunung.
Aku semakin bingung ketika kamu tidak menjawab. Kamu hanya mengerang dengan mata tertutp rapat.
Tanpa berpikir panjang, aku menggendong tubuhmu dan membawamu turun ke kaki gunung. Entah kenapa aku takut kehilangan dirimu. Bukan hanya aku, tapi Bumi juga. Sepanjang perjalanan mulutnya tak berhenti mengucapkan doa. Meski baru empat bulan kita saling mengenal tapi rasanya sudah seperti saudara sendiri. Rasanya seperti terjalin ikatan batin yang kuat diantara kita bertiga.
Sehari tanpa ocehanmu rasanya ada yang aneh. Pertanyaan-pertanyaan sering terlontar dari mulutmu hingga kadang aku kewalahan menjawabnya.
“Maaf, dek. Dokternya lagi ke kota. Mungkin seminggu lagi baru pulang!”
Aku mencoba kuat mendengar penjelasan tetangga sang Dokter yang sudah tiga tahun mengabdi di kampung tersebut.
Aku kebingungan!
“Nginap di rumah saya saja, dek. Besok kalian ke kota kecamatan saja. Di sana ada puskesmas,” sarannya dengan logat daerah yang kental.
Tak ada pilihan lain selain harus menunggu besok pagi.











Pada akhirnya aku dan Bumi terpaksa memutuskan membawamu pulang ke Jakarta untuk berobat.
Aku terdiam. Bumi terdiam.
“Hasil pemeriksaan menyatakan kalau dia positif HIV.”
Aku berdiri seperti patung.
Saat itu aku baru menyadari, kenapa tidak ada satu pun keluargamu yang mau menerimamu.  Astaga! Aku dan Bumi tidak peduli HIV yang bersarang di tubuhmu karena kenakalan masa lalumu yang memakai narkoba. Bukankah kita semua memiliki masa lalu.




“Happy birthday to you … Happy birthday…Happy birthday….Happy birthday to you…..”
Aku dan Bumi menyanyikan lagu tersebut. Antara senang dan haru.
Tubuhmu yang mengurus setelah hampir dua tahun di rawat, tak menyurutkan pesona senyumanmu yang penuh semangat.
“Terima kasih! Thx Tara. Thx Bumi!” ucapmu pelan. Air matamu jatuh.
Itulah ucapan terakhir yang bisa kamu ucapkan! Ucapan yang terngiang-ngiang hingga kini. Setalah aku dan Bumi merayakan ulang tahunmu, kamu koma hampir enam bulan sebelum menghembuskan nafas terakhirmu.
Setiap hari…. Aku dan Bumi menjengukmu. Selalu berharap kita bertiga bisa seperti yang dulu. Tertawa bersama. menelusuri pedalaman bersama. Namun  Tuhan punya rencana.
Terima kasih, sahabat. Mengenalmu adalah anugerah dan kepergianmu adalah inspirasi.
*******
Dan kini aku hanya melantunkan lagu ciptaanmu….
Sometimes life is very hard to predict.
Often incomprehensible matters would blast into it.
Even though we’re holding hands, abruptly we would have to say farewell.
Tears .. were never dried.
Still remembers our past with every minute.
Notes of the affections we had were kept in the heart.
It’s like your voice is resounding here,
at every passing moments,
There isn’t a day that I don’t miss you.
Whenever, I’m also not lonely even though we don’t meet,
Because we talk to each other always in our hearts.
Shutting the eyes everytime, there’re still your image and former smiles.
I can hear our songs, every tune were never lost.
Thoughts of you, getting to meet,
To whisper, telling you to have faith,
For there will not be any matter, any image of you, that would fade away.
Days and nights passed by, beyond the point to turn back the time.
Tomorrow I don’t know what I would have to encounter.
I knew only that you’re here with me at every passing moment.
I won’t accept having any day without missing you.
Whenever, I’m also not lonely even though we don’t meet,
Because we talk to each other always in our hearts.
Shutting the eyes everytime, there’re still your image and former smiles.
I can hear our songs, every tune were never lost.
Thoughts of you, getting to meet,
To whisper, telling you to have faith,
For there will not be any matter, any image of you, that would fade away.
Any day, my heart would be like before.

pendapat saya dari  cerita ini adalah yang namanya sahabat tidak memandang bulu, apa dia orang kaya, miskin, orang luar, orang kampung. yang namanya sahabat itu adalah dapat memahami sahabat kita sedang sedih atau senang. bila sahabat kita sedang sedih kita harus menghibur dia, tetapi bila sedang senang kita pun harus ikut senang. 












Kamis, 29 Maret 2012

Akulturasi Budaya Asing



Pengertian Akulturasi Kebudayaan

    Akuturasi adalah perpaduan antara kebudayaan yang berbeda yang berlangsung dengan damai dan serasi. Contohnya, perpaduan kebudayaan antara Hindu-Budha dengan kebudayaan Indonesia, dimana perpaduan antara dua kebudayaan itu tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut.


Oleh karena itu, kebudayaan Hindu-Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima begitu saja. Hal ini disebabkan:

  1. Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi, sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
  2. Kecakapan istimewa. Bangsa Indonesia memiliki apa yang disebut dengan istilah local genius, yaitu kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.



-  Seni Bangunan
      Dasar bangunan candi itu merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum, yaitu bangunan punden berundak-undak. Punden berundak-undak ini mendapat pengaruh Hindu-Budha, sehingga menjadi wujud sebuah candi, seperti Candi Borobudur.
-  Seni rupa/Seni lukis
      Unsur seni rupa dan seni lukis India telah masuk ke Indonesia.hal ini terbukti dengan ditemukannya patung Budha berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai. Juga patung Budha berlanggam Amarawati ditemukan di Sikendeng (Sulawesi Selatan). Pada Candi Borobudur tampak adanya seni rupa India, dengan ditemukannya relief-relief ceritera Sang Budha Gautama. Relief pada Candi Borobudur pada umumnya lebih menunjukan suasana alam Indonesia, terlihat dengan adanya lukisan rumah panggung dan hiasan burung merpati. Di samping itu, juga terdapat hiasan perahu bercadik. Lukisan-lukisan tersebut merupakan lukisan asli Indonesia, karena tidak  pernah ditemukan pada candi-candi yang terdapat di India. Juga relief pada Candi Prambanan yang memuat cerita Ramayana.
-  Seni sastra
Prasasti-prasasti awal menunjukkan pengaruh Hindu-Budha di Indonesia, seperti yang ditemukan di Kalimantan Timur, Sriwijaya, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Prasasti itu ditulis dalam bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa.
-  Desakan Budaya
Desakan suatu budaya pada budaya lain disebut dominasi. Contohnya masyarakat Betawi, Aborigin dan Irian.


-  Kalender
Diadopsinya sistem kalender atau penanggalan India di Indonesia merupakan wujud dari akulturasi, yaitu terlihat dengan adanya penggunaan tahun Saka di Indonesia. Di samping itu, juga ditemukan Candra Sangkala atau konogram dalam usaha memperingati peristiwa dengan tahun atau kalender Saka. Candra Sangkala adala angka huruf berupa susunan kalimat atau gambar kata. Contoh tahun Candra Sangkala adalah “Sirna Ilang Kertaning Bumi” sama dengan 1400 (tahun saka) dan sama dengan 1478 Masehi.
-  Kepercayaan dan Filsafat
Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Budha tidak meninggalkan kepercayaan asli bangsa Indonesia, terutama terlihat dari segi pemujaan terhadap roh nenek moyang dan pemujaan terhadap dewa-dewa alam.

Tipologi manusia menurut cloudius galleus


Tipe Kepribadian Berdasarkan Tipologi Manusia Menurut Claudius Gallenus.

Tipologi Manusia Menurut Claudius Gallenus

Ada 4 tipe keperbadian menurut Claudius Gallenus, adalah :

  1. Sangulinikus ( Orang yang mempunyai banyak darah / sangai dalam tubuhnya).Perasaan Dasar : Riang, Optimis, mudah menyesuaikan diri, perasaan tidak setabil, kurang konsekuen, dan reaksinya tidak di pikir dalam-dalam.
  2. Melankhdikus ( Memiliki banyak empedu hitam / melanchole )Perasaan Dasar : Sedih, ketakutan, hati – hati dalam tindakan, konsekuen, dan stabil jiwanya.
  3. Kholerikus ( Dalam tubuhnya terdapat banyak empedu kuning – kuning )Perasaan Dasar : Kurang puas, gelisah, emosional, exspolosi, perasaanya hebat dan kuat kesukaran di atasi dengan energi yang brlebihan.
  4. Flegmatikus (Di dalam tubuhnya banyak lendir / flegma )Perasaan Dasar : Tenang, netral, tidak mudah emosional, tidak mudah terharu, pasif, menjumukan dan bersifat konservatif.

     Berdasarkan Tipologi Manusia Menurut Claudius Gallenus tersebut, mari kita menganalisis tipe kepribadian kita masing-masing.

   Menurut saya, kepribadian saya bertipe ke-1 dan ke-3 yaitu Sangulinikus dan Kholerikus. tetapi saya lebih condong keSangulinikus yaitu orang yang mempunyai banyak darah/ sangai dalam tubuhnya. Ciri-Cirinya perasaan Dasar : Riang, perasaan tidak setabil, mudah menyesuaikan diri,dan Optimis.

   Karena saya itu orangnya optimis, friendly(mudah bergaul), dan dalam berbuat sesuatu saya sering tidak memikirkan secara matang-matang apa akibat dari perbuatan saya tersebut. tapi ya itu menurut saya pribadi tentang tipe kepribadian saya, mungkin saja pendapat orang lain berbeda terhadap tipe kepribadian saya tersebut.